Assalamualaikum cinta
Hiksss…hiksss…., serentak shinta
langsung memelukku ketika aku berhadapan dengannya “dinaaaa”ujaarnya sambil
memelukku erat. “kamu kenapa shinnn, udah masuk dulu yukk” sambil mengajaknya
ke kamarku. Sudah aku duga pasti semua ini karena Dion anak baru di sekolahku
yang kini telah memenuhi hati shinta. Ternyata benar dugaanku Dion mempunyai
kekasih lagi selain shinta, shinta tidak bisa marah ataupun kesal padanya dia
malah bilang kalau Dion gak salah tapi aku yang salah karena Fani (kekasih
dion) dia jauh lebih cantik dari aku. Aku bingung dengan cinta apakah seperti
itu yang namanya cinta? masih saja membela ketika Dion salah bahkan menyalahkan
dirinya sendiri, cukuplah bagiku shinta menangis sangat deras malam ini dan
segala pembelannya kepada Dion yang sudah jelas dia yang salah.
Matahari kembali terbit burung burug
berkicauan dengan riang di pagi hari apalagi kicauan mamah yang sangat merdu
membangunkan aku sholat shubuh, seperti biasa aku bangun jam 5 a.m, segera aku
ambil air wudhu dan sholat kemudian siap-siap untuk berangkat ke sekolah. Mamah
tidak pernah lupa membawakan bekal walaupun aku sudah 3 sma. Aku berangkat
mengunakan sepedaku untuk menghemat biaya dan sekaligus olah raga. Shinta yang
biasannya di jemput Dion sekarang dia
berangkat sendiri sama sepertiku naik sepeda. Aku rindu sekali moment seperti
ini karena kami sudah lama tidak berangkat bareng seperti dulu sejak shinta
mempunyai teman bernama Dion, aku senang
karena aku dan shinta sudah bisa tertawa bersama lagi.
Semenjak aku dewasa, banyak orang
yang mengatakan bahwa cinta itu indah. Katanya merasakan jatuh cinta itu wajar,
tapi aku masih belum percaya akan cinta yang dimaksudkan shinta. Aku masih saja
teguh dengan pemikiranku bahwa jatuh cinta itu sakit bahkan sangat menyakitkan
sampai waktu belajar terkorbankan karena memikirkan orang yang tidak penting
sama sekali. Shinta sering kali bicara padaku jangan seperti itu, karena suatu
saat kamu akan tahu bagaimana rasanya jatuh cinta mungkin sakit tapi menguatkan
loh membuat kita lebih dewasa menghadapi permasalahan. Terus kenapa kamu nangis
karena cinta? Cinta itu ngga bisa di gambarkan atau di jelaskan dengan kata-kata
Karena hakekat cinta datang dari hati yang sangat tulus bukan dari gambaran
nafsu yang menilai dari paras wajah ataupun fisik. Aku bersyukur Allah telah mengenalkan aku pada Dion dan memberi tahu aku bahwa dia bukan orang
yang baik seperti aku duga di awal kita berkenalan dulu. Orang yang begitu
ramah, sopan, baik, pintar seolah dia adalah malaikat yang datang di hadapanku.
Ketika aku bersamanya selalu saja membaut aku terpana oleh karisma yang ada
dalam dirinya, tapi sekarang aku
mengerti bahwa bukan Dion yang terbaik untukku. Aku hanya menganguk untuk
memberikan isyarat bahwa aku setuju dengan pendapat shinta. Shinta kembali
bertanya kepadaku “kapan kamu akan membuka pintu hatimu?” aku hanya menjawab kalau
Allah sudah mempertemukan aku dengan orang yang baik menurut-NYA.
Semenjak hari itu shinta terlihat
lebih dewasa dalam menghadapi pergulatan hati yang setiap kali dia rasakan
ketika bertemu dengan Dion dan kekasih barunya yang bernama Fani. Tak terasa bukan kami sudah menyelesaikan
pendidikan di bangku SMA begitu banyak kenangan di sini saksi bisu perjalanan kami adalah gedung
sekolah berwarna biru dengan banyak karya seni di setiap tembok tembok belakang
sekolah yang sering di gunakan anak sekolah kami menuangkan kreatifitasnya
lapangan sekolah yang luas dengan warna rumput gajah hijau yang asri.
Shinta untuk pertama kalinya
bertanya, bagaimana menurutmu tentang cinta? Aku hanya menjawab cinta itu suatu
sinergi yang sangat kuat sehinga membuat seseorang yang lemah menjadi kuat yang
bisu hinga dapat berbicara dan si tuli dapat mendengar. Shinta kaget dengan
jawabanku yang begitu puitis seperti sedang jatuh cinta. Aku hanya tersenyum
manis seraya menjawab pertanyaan shinta “aku bukan sedang jatuh cinta tapi aku
baru menyadarinya bahwa selalu ada sinergi yang meguatkan aku ketika aku benar
benar rapuh waktu aku mencintai makhluk-NYA jujur aku juga pernah menyukai Dion
sama sepertimu shinta dan kalau boleh jujur aku sangat sedih ketika kamu jalan
sama Dion, hati aku sakit. Tapi semua itu aku simpan dalam hatiku dan aku
ceritakan semuanya sama Allah sang pemilik hati agar hatiku bisa tenang seperti
dulu aku tidak pernah mengenal Dion. Kamu hebat dan ternyata kamu lebih dewasa
ya dari aku soal cinta “kata shinta” dan aku hanya membalasnya dengan senyum.